Irsyad Rafsadie

catatan · penelitian · terjemahan

Kailash dan Malala

Malala Yousafzai dan Kailash Satyarthi, pemenang Nobel Perdamaian 2014. Stortinget/Morten Brakestad

Blog
Kolom

Artikel ini pertama Kali dimuat di Koran Tempo, 16 Oktober 2014

Minggu lalu, militer India dan Pakistan kembali terlibat kontak senjata di perbatasan Kashmir. Di minggu yang sama, Kailash Satyarthi dan Malala Yousafzai, masing-masing dari India dan Pakistan, dianugerahi Nobel Perdamaian. Penghargaan tersebut diberikan atas kiprah mereka memperjuangkan hak dan pendidikan anak-anak.

Nobel perdamaian ini memberi secercah cahaya di tengah suramnya hubungan kedua negara. Ia seperti hendak mengingatkan kedua negara, bahwa bagaimanapun mereka punya akar yang sama dan menghadapi tantangan yang tak jauh berbeda.

Dari umurnya, Kailash (60 tahun) dan Malala (17 tahun) lebih cocok menjadi kakek dan cucu. Tapi dalam soal perlindungan hak anak, mereka layak disebut rekan seperjuangan.

Sepanjang hidupnya, Kailash berjuang untuk perlindungan hak anak. Dia merintis gerakan nirkekerasan untuk melawan eksploitasi dan menyelamatkan pekerja anak. Dia juga mendirikan semacam lembaga pemberi sertifikat untuk produk yang bebas dari penggunaan pekerja anak sambil menyediakan pendidikan bagi anak-anak korban eksploitasi industri.

Malala sendiri adalah seorang anak. Tapi dia, bersama ayahnya, sudah terlibat memperjuangkan pendidikan anak perempuan di desanya. Dua tahun lalu, milisi Taliban yang tak menyukai aktivitasnya, menembaknya tepat di kepala. Tak lama setelah pulih, dia berbicara di berbagai forum dunia mengenai isu yang diperjuangkannya. Kini dia menjadi penerima Nobel termuda sepanjang sejarah.

Kailash, dalam komentarnya menyatakan bahwa penghargaan ini bukan hanya untuknya tapi untuk semua pihak yang memperjuangkan hak anak. Sementara bagi Malala, penghargaan ini mewakili suara anak-anak yang selama ini dibungkam berbagai penindasan. Keduanya dikabarkan sempat saling mengucapkan selamat dan berjanji melakukan kolaborasi bersama suatu saat.

Baik Kailash maupun Malala layak mendapatkan penghargaan ini. Tapi itu tidak berarti pekerjaan mereka telah tuntas. Malah, penghargaan ini menambah pesan dan harapan untuk dicapai atau diselesaikan. Pesan dan harapan itu terselip di setiap lapisan identitas yang membedakan keduanya.

Kailash dan Malala menandai suatu perpaduan unik yang melibatkan setidaknya tiga lapis identitas: negara, agama dan gender. Seperti ditegaskan pernyataan komite Nobel, penghargaan ini mengingatkan “Hindu dan Muslim, India dan Pakistan, untuk bersama-sama memperjuangkan pendidikan dan melawan ekstremisme.”

Sejak terpisah pada 1947, hubungan India-Pakistan hampir selalu diwarnai ketegangan. Unsur agama, tepatnya saling curiga antara Hindu dan Muslim, mewarnai pemisahan kedua negara. Penghargaan bersama ini tidak hanya membangkitkan harapan akan perdamaian antar-negara, tetapi juga kerjasama lintas-agama, di Pakistan, India, dan di mana saja.

Yang kurang ditegaskan dalam pernyataan komite Nobel di atas adalah aspek gender. Padahal, gender adalah elemen penting dalam berbagai bentuk diskriminasi dan eksploitasi anak. Malala sendiri adalah contoh di mana anak perempuan masih dinomorduakan dalam banyak urusan, terutama pendidikan.

Kailash maupun Malala sama-sama meyakini pendidikan sebagai jalan keluar. Ungkapan Sekjen PBB, Ban Ki-Moon, menggambarkan hal ini dengan baik. Menurutnya, Malala menunjukkan kepada kita bahwa “yang paling ditakuti teroris adalah anak perempuan dengan buku di tangan.” Sayangnya, anggaran pendidikan India maupun Pakistan masih kalah dibanding anggaran militernya.

Kita bersyukur karena rasio anggaran pendidikan di Indonesia jauh lebih baik. Ironisnya, sementara di Pakistan muncul video Malala bicara soal pendidikan, di sini anak remaja kita terekam dalam video deklarasi ISIS. Mungkin mereka hanya sebagian kecil dari anak Indonesia. Tapi itu saja cukup menggambarkan bahwa untuk soal perlindungan anak, kita masih menyisakan banyak pekerjaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.