Irsyad Rafsadie

catatan · penelitian · terjemahan

Carita Orang Basudara: Kisah-kisah Perdamaian dari Maluku

Editor Jacky Manuputty, Zairin Salampessy, Ihsan Ali-Fauzi, Irsyad Rafsadie
Paperback & E-book 404 Halaman
Penerbit LAIM & PUSAD Paramadina (2014)
ISBN 9797720411

Buku
Suntingan

Seri Agama dan Bina-Damai

Pada 1999, di tengah deraan konflik yang menyengsarakan, ketika banyak orang terjebak dan “terpaksa” terlibat langsung atau tidak dalam amuk kekerasan, tak sedikit anak Maluku yang dengan caranya masing-masing meng­ambil jarak dan bersikap kritis terhadap konflik. Bersamaan dengan itu, me­reka mulai berusaha memperjuangkan perdamaian. Carita Orang Basudara berisi kisah-kisah mereka.

Selain sebagai penghargaan atas kiprah mereka, pendokumentasian ini juga dimaksudkan agar setiap pengalaman dan kesaksian personal di sini tidak begitu saja menguap di udara. Kesaksian mereka juga mengandung pelajaran sangat berharga yang bisa dipetik bukan saja oleh masyarakat Maluku, tapi juga umat manusia secara keseluruhan, pada masa kini dan yang akan datang.

Sudah saatnya cerita-cerita baik, berisi suara-suara perdamaian (bukan konflik kekerasan), lebih banyak didengar dari Maluku. Jika perdamaian yang betul-betul ingin kita lihat, mengapa kita tidak memulainya dengan lebih sering membaca dan menulis tentangnya atau membicarakannya?

Buku ini penting dibaca bukan saja oleh masyarakat Maluku, atau masyarakat lain di Indonesia yang pernah mengalami konflik kekerasan, tapi juga oleh mereka yang ingin terhindar dari konflik kekerasan sejenis. Para pengambil kebijakan, pemimpin agama dan masyarakat sipil perlu men­dengar Carita Orang Basudara, karena dari sana banyak pelajaran bisa dipetik.

Cerita pribadi dalam buku ini semuanya disampaikan dengan kejujuran yang luar biasa. Tidak gampang, memperlihatkan perasaan paling pribadi di depan publik. Lebih luar biasa lagi, seluruh penulis berasal dari komunitas yang dulu saling berhadapan dengan muka geram. Hal ini saja cukup untuk menjadikan buku ini sebuah monumen sejarah.
Gerry Van Klinken

Jika buku ini sengaja diterbitkan dalam rangka mengenangnya (konflik 1999), maka semangatnya adalah emansipasi: Bagaimana supaya hal itu tidak terulang lagi? Apa bekal yang tersedia supaya masyarakat majemuk bisa bekerjasama dan melangkah ke depan dengan penuh percaya diri?
Rizal Panggabean

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.